Sudah 1 tahun lamanya, Pak Maulana bertahan hidup dari luka bakar yang menghanguskan 90% tubuhnya. Ia hanya bisa berbaring di rumah, menjalani pengobatan mandiri tanpa mendapatkan perawatan medis. Entah sampai kapan ia bisa bertahan seperti ini…
Awal mulanya Pak Maulana sedang membantu masak di warung makan tempatnya bekerja, saat hendak menggoreng ayam, tanpa ia ketahui, pegangan pada pengorengan ayam yang ada di dekatnya tiba-tiba jatuh dan tumpah. Tanpa sempat menghindar, minyak goreng itu langsung menyambar tubuhnya sampai membuatnya kakinya luka berat.
Semua orang terkejut dan panik, begitu pula dengan sang istri Tiwuk Wulandari, yang melihat tubuh suaminya tersiram minyak goreng. Dengan berteriak histeris, ia meminta semua orang untuk langsung membawa suaminya ke klinik terdekat.

Tiba di klinik, tubuh Pak Maulana sudah melepuh dan masih mengeluarkan asap, lalu di bawa ke ICU untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Beberapa saat menunggu, dokter akhirnya keluar dengan 2 kabar. Pak maulana masih hidup, namun seluruh tubuhnya telah melepuh dengan luka bakar hingga 90% dan organ-organ di bawah kulit Pak Maulana beberapa ada yang sudah rusak dan masih terus mengalami pendarahan. Berbagai operasi dan perawatan intensif diperlukan Pak Maulana untuk bisa membuatnya bertahan dari segala infeksi yang mengancamnya.

Selama 18 hari, Pak Maulana berjuang di ICU ditemani sang istri via sambungan telepon. Karena sang istrinya bekerja di luar kota, pandemi membuat mobilitasnya terhambat, ia hanya bisa memberi semangat dan doa melalui telepon genggam. Seluruh harta benda yang mereka miliki, sudah ludes terjual. Namun masih belum bisa untuk membawa Pak Maulana ke meja operasi. Sementara tagihan RS terus menumpuk setiap harinya. Dengan sangat terpaksa, Pak Maulana dibawa pulang untuk menjalani perawatan mandiri, bukan karena tak sayang, namun karena sudah tak miliki biaya lagi.
Kini sudah 1 bulan lamanya Pak Maulana berjuang di rumah ditemani sang istri. Setiap hari, menggunakan kain kasa dan tisu, perlahan-lahan sang istri membersihkan luka yang ada di tubuh suaminya yang masih mengeluarkan darah. Di dalam hati istri pak maulana, ia tak tega melihat suaminya harus berjuang entah sampai kapan tanpa perawatan medis. Namun mau bagaimana lagi, ia sudah tidak memiliki biaya untuk membawa Ibunya ke RS atau puskesmas. “Saya suka ngga kuat liat suami saya nahan sakit gitu, Kak. Pengen rasanya bawa suami ke rumah sakit, dapet perawatan yang layak, biar cepet sembuh. Tapi gimana, kita udah ngga punya apa-apa lagi. Ya Allah tolong suami saya Ya Allah…”, lirih sang istri yang bernama Tiwuk Wulandari.